AsepSyaeful Bachri, 3111414025 (2019) MENCARI SEMARANG DALAM GAMBANG SEMARANG : EKSISTENSI SEBUAH KESENIAN HIBRIDA DI KOTA SEMARANG TAHUN 1965-1995. Under Graduates thesis, UNNES. Asfat Mohsin , 6211415007 (2019) PENGARUH PEMBERIAN WHEY PROTEIN TERHADAP KADAR ERITROSIT PADA TIKUS YANG DIRENANGKAN SAMPAI

PALEMBANG- Lirik Lagu Genjer-Genjer yang Erat Kaitannya Dengan PKI, Serta Sejarahnya yang Perlu Diketahui. Lagu Genjer-Genjer diciptakan oleh musisi Indonesia Muhammad Arif dengan membawakan bahasa daerah Banyuwangi yakni Osing. Genjer-genjer merupakan lagu yang dibuat berdasarkan penderitaan rakyat Banyuwangi pada saat masa kolonial Jepang. Lagu ini kemudian erat kaitannya dengan PKI Partai Komunis Indonesia Menurut Utan Parlindungan dalam buku Musik dan Politik Genjer-Genjer, Kuasa dan Kontestasi Makna 2007, Selepas Tragedi Gerakan 30 September G30S yang menyeret Partai Komunis Indonesia PKI, lagu Genjer-Genjer juga turut dicekal. Lagu Genjer-Genjer dianggap sebagai lagu PKI karena si pecipta lagu bergabung ke dalam politik PKI. Dalam jurnal Genjer-Genjer dan Stigmanisasi Komunis 2003 oleh Paring Waluyo Utomo, kondisi sosial dan politik Indonesia pada 1960-1965 mengalami pergolakan. Berawal dari keinginan Muhammad Arief penipta lagu Genjer-Genjer untuk bergabung dengan Lekra. Lekra Lembaga Kebudayaan Rakyat adalah lembaga kebudayaan yang berafiliasi dengan PKI. Lagu Genjer-Genjer kemudian diussung sebagai salagh satu bukti karyanya yang berkonspe pada "seni untuk rakyat" ke publik dan kalangan politik. Sejak saat itu, lagu Genjer-Genjer mendapat tempat di hati banyak orang dan kalangan politik. Ketika lagu Genjer-Genjer disuguhkan kepada para petinggi PKI yang sedang singgah di Banyuwangi, mereka tertarik oleh lagu tersebut. Perjalanan eksistensi lagu Genjer-Genjer memang tidak bisa lepas dari kedekatannya dengan PKI. Bahkan Utan dalam bukunya mengatakan, pada tahun 1964 Aidit mengklaim bahwa lagu Genjer-Genjer sebagai lagu Mars PKI.

peristiwabersejarah yang terjadi di Indonesia pada tahun 1965-1966 yang dikenal populer dengan Gerakan 30 September Partai komunisme Indonesia (G30S PKI). G30S PKI merupakan memainkan lagu genjer-genjer yang selalu diidentikkan dengan PKI. Berbagai kalangan masyarakat pun ikut melakukan berbagai tindakan berlebihan pula. Di Blitar, Jawa

Rabu, 29 September 2021 1056 WIB Diorama penyiksaan Pahlawan Revolusi oleh anggota PKI Partai Komunis Indonesia di Kompleks Monumen Pancasila Sakti, Jakarta, 29 September 2015. ANTARA FOTO Iklan Jakarta - Pada era pemerintahan Soekarno, Genjer-Genjer adalah lagu populer yang banyak dilantunkan masyarakat. Lagu tersebut diciptakan oleh M. Arief, seorang seniman Osing dari jurnal Mitos Genjer-Genjer Politik Makna dalam Lagu 2014 oleh Utan Parlindungan, dijelaskan bahwa Genjer-Genjer tercipta pada tahun 1942 ketika Indonesia berada di bawah pendudukan Jepang. Lagu ini berfungsi sebagai media kritik atas penjajahan dan menggambarkan penderitaan rakyat kecil yang hanya bisa makan dengan lauk peristiwa G30S, lagu Genjer-Genjer mendadak tabu diperdengarkan. Siapa yang menyanyikannya akan ditangkap oleh aparat keamanan dan dicap sebagai seorang ini bermula ketika M. Arief bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat Lekra. Lembaga tersebut merupakan organisasi kebudayaan yang dianggap dekat dengan Partai Komunis Indonesia PKI.Kala itu, PKI sedang gencar-gencarnya memperkuat basis ideologi komunis di Indonesia. Karena faktor sejarah penciptaan dan fungsinya sebagai media perlawanan, PKI lantas memanfaatkan lagu Genjer-Genjer untuk mendukung usaha mengupayakan agar Genjer-Genjer diperdengarkan secara intensif melalui siaran RRI dan TVRI. Artis-artis kondang pun dirangkul untuk menggaet penggemar fanatiknya. Tidak hanya di kalangan komunis, PKI menginginkan Genjer-Genjer agar disukai khalayak PKI akhirnya berhasil. Genjer-Genjer tidak lagi difungsikan sebagai media kritik masyarakat Banyuwangi saja, tetapi juga diterima secara Orde Baru melarang lagu ini karena dianggap mengandung isyarat rencana pemberontakan pagi buta pada 1 Oktober 1965. Bahkan salah satu mitos yang tersebar luas di masyarakat adalah lagu ini dinyanyikan saat para pahlawan revolusi disiksa dan dibunuh di Lubang kemudian berubah menjadi lagu yang dibenci dan ditakuti. Mengutip pemberitaan tahun 2017, M. Arief selaku pencipta lagu tersebut telah ditangkap pada Oktober 1965 dan tidak pernah NUR RAHMAWATIBaca juga Mereka yang Ditahan Orde Baru tanpa Peradilan Artikel Terkait Petualangan Politik Amien Rais, Ikut Gulingkan Orde Baru hingga Dirikan Partai Ummat 1 hari lalu Festival Kitab Kuning di Banyuwangi Hadirkan Ratusan Kitab Langka Koleksi Kiai Saleh 4 hari lalu Debat Yudisial dan Nonyudisial Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat, Marzuki Darusman Jangan Dipertentangkan 5 hari lalu Direktur Jenderal HAM Ungkap Kontribusi Komnas HAM dalam 30 Tahun Terakhir 5 hari lalu Kisah PPP Memakai Gambar Ka'bah Sebagai Lambang Partai 8 hari lalu Profil PDIP, 23 Tahun Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP 8 hari lalu Rekomendasi Artikel Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini. Video Pilihan Petualangan Politik Amien Rais, Ikut Gulingkan Orde Baru hingga Dirikan Partai Ummat 1 hari lalu Petualangan Politik Amien Rais, Ikut Gulingkan Orde Baru hingga Dirikan Partai Ummat Amien Rais merupakan salah satu pemrakarsa berdirinya Partai Ummat, kontestan baru di Pemilu 2024. Berikut petualangan politik tokoh reformasi 1998 itu. Festival Kitab Kuning di Banyuwangi Hadirkan Ratusan Kitab Langka Koleksi Kiai Saleh 4 hari lalu Festival Kitab Kuning di Banyuwangi Hadirkan Ratusan Kitab Langka Koleksi Kiai Saleh Festival Kitab Kuning digelar pada 10-13 Juni 2023 di Masjid Kiai Saleh Lateng dan menampilkan ratusan kitab langka yang sulit ditemukan dewasa ini. Debat Yudisial dan Nonyudisial Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat, Marzuki Darusman Jangan Dipertentangkan 5 hari lalu Debat Yudisial dan Nonyudisial Penyelesaian Pelanggaran HAM Berat, Marzuki Darusman Jangan Dipertentangkan Marzuki Darusman menganjurkan agar pendekatan yudisial dan nonyudisial untuk menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran HAM berat tak dipertentangkan. Direktur Jenderal HAM Ungkap Kontribusi Komnas HAM dalam 30 Tahun Terakhir 5 hari lalu Direktur Jenderal HAM Ungkap Kontribusi Komnas HAM dalam 30 Tahun Terakhir Komnas HAM dibentuk pada masa Orde Baru melalui Ketetapan Presiden Nomor 50 Tahun 1992. Kisah PPP Memakai Gambar Ka'bah Sebagai Lambang Partai 8 hari lalu Kisah PPP Memakai Gambar Ka'bah Sebagai Lambang Partai Partai Persatuan Pembangunan atau PPP telah menggunakan logo bergambar Kabah sejak 1974. Meski sempat diganti pada 1984 hingga 1998. Logo itu kembali. Profil PDIP, 23 Tahun Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP 8 hari lalu Profil PDIP, 23 Tahun Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP PDIP merupakan satu dari tiga partai yang masih eksis sejak Orde Baru. Sejak 2000, Megawati dikukuhkan sebagai Ketua Umum PDIP selama 23 tahun. Tan Malaka Pemikiran, Perjalanan dan Perannya bagi Indonesia 12 hari lalu Tan Malaka Pemikiran, Perjalanan dan Perannya bagi Indonesia Sebagai Bapak Republik Indonesia, Tan Malaka memberikan sumbangsih dalam pemikiran untuk dasar negara dan pemikiran lainnya. Mengingat Tan Malaka, Pahlawan yang Terlupakan 12 hari lalu Mengingat Tan Malaka, Pahlawan yang Terlupakan Tan Malaka salah satu tokoh pejuang kemerdekaan. Sayangnya peninggalan bersejarah yang berkaitan dengannya kurang diperhatikan. Jokowi Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila Hari Ini, Apa Bedanya dengan Hari Kesaktian Pancasila? 13 hari lalu Jokowi Pimpin Upacara Hari Lahir Pancasila Hari Ini, Apa Bedanya dengan Hari Kesaktian Pancasila? Presiden Jokowi memimpin jalannya upacara Hari Pancasila di kawasan Monas, Kamis 1 Juni 2023. Lalu, apa bedanya dengan Hari Kesaktian Pancasila? Kiprah Abang-Adik, Mochtar Kusumaatmadja dan Sarwono Kusumaatmadja Menteri Andalan Soeharto 17 hari lalu Kiprah Abang-Adik, Mochtar Kusumaatmadja dan Sarwono Kusumaatmadja Menteri Andalan Soeharto Mochtar Kusumaatmadja dan Sarwono Kusumaatmadja menjadi menteri andalan pemerintahan Soeharto. Ini kiprah abang-adik cendekiawan itu. Selamamasa pemberontakan 30 September 1965, Sholawat Badar digunakan kader NU untuk menyemangati diri dan simbol pembeda dengan Lagu Genjer-Genjer. Saat itu, Genjer-Genjer identik dengan PKI.

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Siapa yang tak kenal lagu yang berjudul Genjer-Genjer. Itu adalah salah satu lagu terlarang yang telah ditetetapkan oleh Departemen Kebudayaan Indonesia sejak tahun 1970. Kalau temen-temen belum tahu lagunya bisa didownload di link ini Setelah saya berjuang dengan gigih mencari informasi mengenai keberadaan lagu ini akhirnya saya menemukan sebuah bukti yang sangat mencengangkan sekali. Oleh karena itu saya telah merangkumnya pada sebuah testimoni mengenai keberadaan lagu Genjer-Genjer tersebut!!!! ini adalah lirik dari lagu Genjer-Genjer yang sebenarnya Gendjer-gendjer neng ledokan pating keleler/ Gendjer-gendjer neng ledokan pating keleler/ Emake thole teka-teka mbubuti gendjer/ Emake thole teka-teka mbubuti gendjer/ Oleh satenong mungkur sedot sing tolah-tolih/ Gendjer-gendjer saiki wis digawa mulih. Gendjer-gendjer esuk-esuk digawa nang pasar/ Gendjer-gendjer esuk-esuk digawa nang pasar/ didjejer-djejer diunting pada didasar/ dudjejer-djejer diunting pada didasar/ emake djebeng tuku gendjer wadahi etas/ gendjer-gendjer saiki arep diolah. Gendjer-gendjer mlebu kendil wedange umob/ Gendjer-gendjer mlebu kendil wedange umob/ setengah mateng dientas digawe iwak/ setengah mateng dientas digawe iwak/ sega sa piring sambel penjel ndok ngamben/ gendjer-gendjer dipangan musuhe sega. artinya Genjer2 tumbuh liar di datang mencabut sekarung lebih tanpa sekarang bisa dibawa pulang Genjer pagi2 dibawa ke dan dibeberkan di Ibu beli genjer ditaruh di sekarang akan diolah Genjer2 dimasukkan ke panci air matang ditiriskan untuk sepiring sambal di tempat dimakan dengan nasi Sebelum pendudukan tentara Jepang pada tahun 1942, wilayah Kabupaten Banyuwangi termasuk wilayah yang secara ekonomi tak kekurangan. Apalagi ditunjang dengan kondisi alamnya yang subur. Namun saat pendudukan Jepang di Hindia Belanda pada tahun 1942, kondisi Banyuwangi sebagai wilayah yang surplus makanan berubah sebaliknya. Karena begitu kurangnya bahan makanan, sampai-sampai masyarakat harus mengolah daun genjer limnocharis flava di sungai yang sebelumnya oleh masyarakat dianggap sebagai tanaman pengganggu. Situasi sosial semacam itulah yang menjadi inspirasi bagi Muhammad Arief, seorang seniman Banyuwangi kala itu untuk menciptakan lagu genjer-genjer. Digambar oleh M Arif bahwa akibat kolonialisasi, masyarakat Banyuwangi hidup dalam kondisi kemiskinan yang luar biasa sehingga harus makan daum genjer. Kisah itu tampak dalam sebait lagu genjer-genjer di atas. Seiring dengan perkembangan waktu dan Indonesia mencapai kemerdekaan, Muhammad Arief sebagai pencipta lagu genjer-genjer bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat Lekra yang memiliki hubungan ideologis dengan Partai Komunis Indonesia. Maka lagu ini pun segera menjadi lagu popular pada masa itu, bahkan dalam pernyataannya kepada penulis, Haji Andang CY seniman sekaligus teman akrab M Arief di Lekra serta Hasnan Singodimayan, sesepuh seniman Banyuwangi menyebutkan bahwa lagu genjer-genjer menjadi lagu populer di era tahun 1960-an, di mana Bing Slamet dan Lilis Suryani penyanyi beken waktu itu juga gemar menyanyikannya dan sempat masuk piringan hitam. Kedekatan lagu genjer-genjer dengan tokoh-tokoh Lekra dan komunis memang tak dapat dipungkiri. Bahkan dalam sebuah perjalanan menuju Denpasar, Bali pada tahun 1962, Njoto seorang seniman Lekra dan juga tokoh PKI sangat kesengsem dengan lagu genjer-genjer. Waktu itu Njoto memang singgah di Banyuwangi dan oleh seniman Lekra diberikan suguhan lagu genjer-genjer. Tatkala mendengarkan lagu genjer-genjer itu, naluri musikalitas Njoto segera berbicara. Ia segera memprediksikan bahwa lagu genjer-genjer akan segera meluas dan menjadi lagu nasional. Ucapan Njoto segera menjadi kenyataan, tatkala lagu genjer-genjer menjadi lagu hits yang berulang kali ditayangkan oleh TVRI dan diputar di RRI Lihat Jurnal Srinthil Vol. 3 tahun 2003. Dalam sebuah Literatur ada yang mengatakan Fobia terhadap Genjer-Genjer. Entah apa yang salah dengan genjer-genjer sebagai sebuah produk kebudayaan? Selepas PKI dan orang-orang PKI, berikut anak cucunya dihancurkan oleh Orde Baru, tak terkecuali pula lagu genjer-genjer yang sebenarnya adalah lagu yang menggambarkan potret masyarakat pada zaman pendudukan Jepang. Mungkin steriotype lagu genjer-genjer menjadi lagu komunis dan patut dihancurkan muncul atas beberapa faktor. Pertama, sejak awal lagu ini berkembang dan dikreasi oleh kalangan komunis dan dikembangkan oleh kalangan komunis pula. Walaupun pada perkembangannya pada era tahun 1960-an lagu ini tidak hanya digemari oleh kalangan komunis, tetapi juga masyarakat secara luas. Namun Orde Baru menerapkan politik bumi hangus, maka seluruh produk apa pun yang dilahirkan oleh orang-orang komunis haram hukumnya dan patut dihabisi. Kedua, ketika peristiwa G 30 S tahun 1965 terjadi, Harian KAMI Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia mempelesetkan genjer-genjer menjadi jenderal-jenderal. Dalam catatan pribadinya Hasan Singodimayan, seniman HSBI dan teman akrab M Arief menuliskan bahwa lagu “Genjer-genjer” telah dipelesetkan. Jendral Jendral Nyang ibukota pating keleler Emake Gerwani, teko teko nyuliki jendral Oleh sak truk, mungkir sedot sing toleh-toleh Jendral Jendral saiki wes dicekeli Jendral Jendral isuk-isuk pada disiksa Dijejer ditaleni dan dipelosoro Emake Germwani, teko kabeh milu ngersoyo Jendral Jendral maju terus dipateni Akibat penulisan lagu “Genjer-genjer” menjadi jenderal-jenderal, maka kian kuatlah alasan Orde Baru untuk membumihanguskan lagu ini. Pada perkembangannya, siapa pun yang tetap menyanyikan lagu ini akan ditangkap oleh aparat keamanan, tentu dengan tuduhan komunis. Karena larangan menyanyikan lagu genjer-genjer, maka beberapa seniman gandrung di Banyuwangi juga dilarang untuk menyanyikan lagu genjer-genjer, dan beberapa lagu dan gendhing yang memompa kesadaran politik massa rakyat. Para seniman gaek pada masa itu seperti Hasnan Singodimayan, dan Haji Andang CY juga merasa heran dengan munculnya lirik lagu genjer-genjer yang sedemikian mendeskreditkan petinggi-petinggi militer waktu itu. Namun apalah kuasa orang-orang lemah waktu itu. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, mungkin itulah ungkapan yang patut untuk menggambarkan kondisi seniman-seniman rakyat yang kebanyakan berafiliasi dengan Lekra. Jangankan mengoreksi lagu genjer-genjer, menyelamatkan diri mereka saja susah. Mungkin hanya itu yang dapat saya berikan kurang lebihnya mohon maaf. Jangan lupa melalui catatan ini pula saya juga ingin berdiskusi dengan teman-teman semua agar dapa belajar bersama mengenai sejarah kelam PKI yang mengandung banyak misteri!!!!! Lihat Humaniora Selengkapnya

Sebelumdibunuh, mereka dikelilingi kader Gerwani sambil menari-nari dan menyanyikan lagu-lagu rakyat yang sedang populer masa itu, seperti Ganyang Kabir atau Ganyang Tiga Setan Kota ciptaan Soebroto K Atmodjo, komponis Lembaga Kebudayaan Rakyat, organisasi underbouw PKI. Genjer-genjer, lagu pop yang sedang hit waktu itu, ikut menyemarakkan.
Jakarta - Lagu 'Genjer-genjer' yang diciptakan oleh seorang seniman angklung, M Arif, sejak lama dipermasalahkan. Syair dalam lagu ini kerap kali dikaitkan dengan Partai Komunis Indonesia PKI.Seperti dituturkan dua sejarawan Asvi Warman Adam dari LIPI dan Muhammad Wasith Albar dari UI, syair lagu Genjer-genjer ini aslinya sama sekali tak menyinggung paham ini dibuat seniman M Arif, pada 1943 untuk menyindir kondisi di masa penjajahan Jepang. M Arif memang di era 60'an direkrut PKI dan masuk Lekra, organisasi budayawan bentukan PKI. Lagu genjer genjer itu pun kerap dipakai di acara PKI dengan diubah aransemennya. Dan kemudian lekat dengan stigma lagu PKI. Dikutip dari berbagai sumber, Kamis 12/5/2016, lirik lagunya berisi sindiran atas masa penjajahan Jepang di Indonesia karena membuat kehidupan masyarakat pribumi semakin sengsara dibanding sendiri merupakan tanaman yang tumbuh di rawa-rawa yang kerap disantap itik. Namun seiring berjalannya waktu, genjer-genjer juga menjadi sayuran alternatif bagi warga setempat karena tidak mampu membeli daging kala lirik lagu 'Genjer-genjer' asli dalam bahasa Using dan terjemahannyaVersi asli sesuai ejaan Bahasa Using BanyuwangiGenjer-genjer nong kedokan pating kelelerGenjer-genjer nong kedokan pating kelelerEmake thulik teka-teka mbubuti genjerEmake thulik teka-teka mbubuti genjerUlih sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulihGenjer-genjer saiki wis digawa mulihGenjer-genjer isuk-isuk didol ning pasarGenjer-genjer isuk-isuk didol ning pasarDijejer-jejer diuntingi padha didhasarDijejer-jejer diuntingi padha didhasarEmake jebeng padha tuku nggawa welasahGenjer-genjer saiki wis arep diolahGenjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulakGenjer-genjer mlebu kendhil wedang gemulakSetengah mateng dientas ya dienggo iwakSetengah mateng dientas ya dienggo iwakSego sak piring sambel jeruk ring pelancaGenjer-genjer dipangan musuhe segaTerjemahan Bahasa IndonesiaGenjer-genjer di petak sawah berhamparanGenjer-genjer di petak sawah berhamparanIbu si bocah datang mencabuti genjerIbu si bocah datang mencabuti genjerDapat sebakul dia berpaling begitu saja tanpa melihatGenjer-genjer sekarang sudah dibawa pulangGenjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasarGenjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasarDitata berjajar diikat dijajakanDitata berjajar diikat dijajakanIbu si gadis membeli genjer sambil membawa wadah-anyaman-bambuGenjer-genjer sekarang akan dimasakGenjer-genjer masuk periuk air mendidihGenjer-genjer masuk periuk air mendidihSetengah matang ditiriskan untuk laukSetengah matang ditiriskan untuk laukNasi sepiring sambal jeruk di dipanGenjer-genjer dimakan bersama nasi aws/dra
Download& View Identitas Dan Kenikmatan - [ariel Heryanto] as juga ber ten tangan dengan anggapan banyak pengam at adalah penghentian penayangan ilm Pengkhianatan G 30 Septem ber/ PKI yang sebelum nya diwajibkan tayang di jaringan televisi swasta (lihat Bab 4), dibolehkannya lagi penam pilan barongsai pada perayaan Im lek (lihat Bab 6

Jakarta - Anda tahu lagu Genjer-genjer? Selama ini lagu Genjer-genjer lekat dengan PKI. Tapi siapa sangka, awal mula penciptaan lagu ini tak ada sangkut paut dengan PKI. Lagu Genjer-genjer merupakan lagu rakyat di PKI yang mengaransemen lagu ini berimbas buruk pada lagu rakyat Genjer-genjer. Lagu ini seperti haram dinyanyikan sejak Orde Baru. Bila berani menyanyikannya, bisa dicap PKI dan bisa berujung penjara. PKI sendiri mengubah lagu ini untuk perayaan HUT mereka di Senayan. Lagu Genjer-genjer ini merupakan lagu rakyat yang biasa dinyanyikan petani."Genjer-genjer ini lagu rakyat Banyuwangi, terkenal sejak 1962 setelah diberi notasi musik oleh M Arief dan dilagukan Bing Slamet. Sekitar 1965 diaransemen untuk paduan suara oleh bagian kebudayaan CC PKI bersama lagu daerah lainnya," jelas sejarawan LIPI, Asvi Warman Adam, Kamis 12/5/2016. Sebenarnya oleh PKI bukan hanya lagu Genjer-genjer saja yang diubah aransemennya untuk paduan suara mereka, ada beberapa lagu lainnya. Tapi lagu Genjer-genjer yang malah lekat dengan PKI."Setelah Orba diharamkan karena lagu ini difitnah dinyanyikan Gerwani di Lubang Buaya ketika membunuh para jenderal, tapi itu tidak benar," tegas mengungkapkan, fitnah atas lagu itu ada pada bait kedua. Ada yang mengubah seolah Genjer-genjer lekat dengan pembantaian para jenderal, padahal, bait aslinya tidak seperti itu."Baris kedua bait lagu 'nang kedhokan pating keleler, di petak sawah berhamparan, diganti 'esuk-esuk pating keleler', di pagi hari berhamparan, maksudnya jenazah para Jenderal'," jelas sendiri menilai lagu Genjer-genjer aslinya lagu rakyat biasa yang dibuat dengan lirik Using, bahasa daerah Banyuwangi. Berisi tentang petani dan sayur genjer di sawah. Dengan bercanda, Asvi menyebut, jangan sampai karena stigma Orba malahan orang yang jualan sayur genjer juga bisa bermasalah."Di kantin LIPI ada yang jual tumis genjer-genjer, enak, saya sering makan. Saya khawatir ibu-ibu kantin takut jualan, takut digerebek," canda Asvi. dra/dra

GENJER- GENJER DARI LAGU MAINAN ANAK - ANAK PROTES SOSIAL HINGGA STIGMA PKILagu genjer - genjer semula merupakan lagu mainan anak - anak banyuwangi, lalu pa

- Lagu "Genjer-Genjer" merupakan lagu berbahasa Jawa Osing yang memiliki sejarah panjang. Masih ada banyak orang yang antipati dengan lagu ini karena dinilai terkait dengan Partai Komunis Indonesia PKI. Namun, benarkah lagu "Genjer-Genjer" adalah lagu PKI dan penciptanya adalah bagian dari PKI? Kasus PKI di Indonesia memang sebuah peristiwa kelam dan traumatis bagi mayarakat. Sejak Orde Baru hingga saat ini hal-hal yang berkaitan dengan PKI sangat dibenci oleh banyak pihak, termasuk simbol, ideologi, dan tentu saja musik. Lagu "Genjer-Genjer" adalah salah satunya. Setelah peristiwa PKI 1965 pecah, lagu tersebut dilarang untuk disiarkan, diputar, atau bahkan dinyanyikan karena dianggap sebagai lagu PKI. Misalnya, pada tahun 2009 Solo Radio FM yang memutar lagu "Genjer-Genjer" didatangi sekelompok orang yang mengaku dari Laskar Hizbullah. Para anggota laskar kemudian menuntut pihak radio untuk meminta maaf. Selain itu, pada tahun 2017 sempat terjadi pengepungan oleh masa di acara 'Asik-Asik Aksi' yang digelar di gedung Lembaga Bantuan Hukum LBH Jakarta. Massa mengklaim bahwa ada salah satu peserta acara yang menyanyikan lagu "Genjer-Genjer." Sejarah dan Pencipta Lagu "Genjer-Genjer" Pencipta lagu "Genjer-Genjer" adalah sosok seniman Osing asal Bayuwangi, Lagu tersebut ia tulis pada 1942, jauh sebelum peristiwa PKI Madiun 1948 atau Gerakan 30 September G30S PKI 1965. Utan Parlindungan dalam studinya yang terbit di Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 2014 menyatakan bahwa lagu "Genjer-Genjer" diciptakan untuk mengkritik penjajahan Jepang. Kata 'genjer' pada lirik lagu "Genjer-Genjer" merujuk pada tanaman akuatik genjer Limnocharis flava. Saat masyarakat Banyuwangi di bawah penjajahan Jepang, kelaparan terjadi di mana-mana. Alhasil, masyarakat memanfaatkan apa yang ada untuk dijadikan makanan, termasuk tanaman genjer yang saat itu dianggap sebagai gulma dan dipakai sebagai pakan ternak. Setelah Indonesia merdeka dan terlepas dari pengaruh Jepang pada 1945, M. Arief bergabung dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat Lekra. Lekra sendiri merupakan organisasi kebudayaan sayap kiri yang didirikan oleh petinggi PKI, yaitu DN Aidit. Menyusul bergabungnya si pencipta lagu ke Lekra, lagu "Genjer-Genjer" yang begitu sederhana dan mudah dihapalkan digunakan untuk kepentingan politik PKI. Lagu itu selalu diputar dalam berbagai kegiatan kampanye PKI. "Bahkan berkumandang di setiap kegiatan yang melibatkan anggota dan simpatisan PKI," catat Parlindungan dalam studinya. Lagu "Genjer-Genjer" semakin populer setelah dinyanikan ulang oleh penyanyi kenamaan negeri kala itu, yaitu Bing Slamet dan Lilis Suryani pada 1962. Hingga tahun 1963, lagu ini masih sering diputar pada siaran RRI dan TVRI. Beberapa tahun setelah peristiwa G30S/PKI lirik lagu lagu "Genjer-Genjer" mulai diplesetkan oleh sejumlah pihak. Lirik lagu yang diplesetkan menggambarkan betapa sadisnya perlakuan PKI dan Gerwani terhadap jenderal-jenderal yang mereka culik. Lirik plesetan itu semakin menyebabkan pemerintah Orde Baru melarang pemutaran lagu tersebut. Siapapun yang berani memutar atau menyanyikan lagu "Genjer-Genjer" bisa ditangkap. Kesan komunisme dari lagu "Genjer-Genjer" semakin diperkuat dengan tayangnya film kontroversial berjudul Pengkianatan G 30/S PKI 1984. Salah satu bagian film menggambarkan adegan fiktif para anggota Gerwani menyilet wajah para jenderal sambil mendendangkan lagu juga Kebangkitan PKI & Film G30S/PKI Propaganda Palsu yang Tak Laku Kontroversi Film "G30S/PKI" Fakta Sejarah atau Propaganda Orba? Benarkah Lagu "Genjer-Genjer" Terkait PKI? Sesuai dengan catatan sejarah, lagu "Genjer-Genjer" tidak diciptakan untuk mendukung kegiatan politik PKI, melainkan penyampaian kritik terhadap penjajahan Jepang. Bahkan, Parlindungan mengungkapkan bahwa lagu ini merupakan salah satu karya terbaik yang pernah diciptakan oleh anak negeri. Hal ini karena lagu "Genjer-Genjer" dianggap mampu menghidupkan semangat perjuangan rakyat dalam melawan kolonialisme dan imperialisme di Banyuwangi. Alasan ini juga yang menyebabkan PKI begitu tertarik mengadopsi lagu tersebut sebagai bagian dari kepentingan politik mereka. Sayangnya, rangkaian peristiwa kelam yang terjadi di dalam negeri menyebabkan lagu "Genjer-Genjer" mengalami perubahan esensi dan substansi secara drastis. Lagu yang awalnya merupakan kritik pada Penjajahan Jepang, kini diidentikan sebagai menjadi lagu milik organisasi berpaham komunisme yang dilarang di Lagu "Genjer-Genjer" dan Artinya Lagu "Genjer-Genjer" dinyanyikan dalam bahasa Osing, yaitu bahasa dari sebuah suku yang berasal dari Banyuwangi. Berikut lirik lagu "Genjer-Genjer" beserta artinya Genjer-genjer nong kedokan pating kelelerGenjer-genjer di petak sawah berhamparanGenjer-genjer nong kedokan pating kelelerGenjer-genjer di petak sawah berhamparanEmake thulik teko-teko mbubuti genjerIbu si bocah datang mencabut genjerEmake thulik teko-teko mbubuti genjerIbu si bocah datang mencabut genjerUlih sak tenong mungkur sedhot sing tulih-tulihDapat sebakul dia berpaling begitu saja tanpa melihatGenjer-genjer saiki wis digawa mulihGenjer-genjer sekarang sudah dibawa pulangGenjer-genjer isuk-isuk didol ning pasarGenjer-genjer pagi-pagi dijual ke pasarGenjer-genjer isuk-isuk didol ning pasarGenjer-genjer isuk-isuk dijual ke pasarDijejer-jejer duintingi padha didhasarDitata berjajar diikat pada digelarDijejer-jejer diuntingi padha didhasarDitata berjajar diikat pada digelarEmake jebeng padha tuku nggawa welasanIbu si gadis membeli genjer sambil membawa belasanGenjer-genjer saiki wis arep diolahGenjer-genjer sekarang akan diolah. - Sosial Budaya Penulis Yonada NancyEditor Iswara N Raditya
Terjadipada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965, G30S/PKI ini dituduhkan kepada Partai Komunis Indonesia . Baca Juga: Lirik dan Arti Lagu Genjer-Genjer dari Bahasa Osing Banyuwangi, Kerap Dikaitkan dengan PKI Download 18 Bingkai Foto Tema Tahun Baru Islam 1444 H Desain Islami dan Indah Gratis! 2.
Jajang C Noer Foto Aprilandika Pratama / kumparanIsu liar berbau provokasi soal aktivitas bernyanyi lagu 'Genjer-genjer' yang kerap dikaitkan dengan PKI, sempat jadi salah satu pemicu kericuhan massa di Gedung Lembaga Bantuan Hukum LBH pekan lalu. Lagu "Genjer-genjer" memang diputar dalam film G30S/PKI karya sutradara Arifin C Noer. Namun menurut istri almarhum Arifin C Noer, Jajang C Noer, suaminya memilih lagu itu semata-mata karena popularitas lagu itu di masanya. Jajang menegaskan, dirinya sama sekali tidak tahu menahu soal informasi yang menyebut lagu itu adalah lagu favorit orang-orang PKI. Ia yakin, keputusan suaminya menggunakan lagu itu dalam film tak bertujuan untuk memancing kontroversi tertentu."Nah itu yang kita enggak tahu kan, tapi lagu itu memang lagi populer saat itu jadi kita masukan dalam film," ujar Jajang ditemui usai diskusi Populi Center bertajuk "Tentang Film Itu" di Gado-Gado Boplo, Jakarta Pusat, Sabtu 23/9."Itu kan lagunya Bing Slamet, pada tahun 1960-an lagu itu memang top banget. Saya enggak tahu mereka PKI sering dengerin itu atau tidak," imbuh Jajang yang hingga kini masih aktif sebagai Jajang, pemilihan penggunaan lagu "Genjer-genjer" dalam film karya suaminya itu hanya untuk melengkapi data yang diterima oleh tim riset film. Lagu diputar saat adegan para anggota PKI berpesta pora dan menari-nari bersama."Dalam data riset dikatakan para Gerwani menari-nari berpesta-pora, kami enggak gambarin pesta-poranya. Kami gambarin dia joget menurut irama saja dan karena lagu itu top pada masanya ya kita pilih," jelas "Genjer-genjer" besutan seniman asli Banyuwangi, Muhammad Arief, begitu terkenal di tahun 1960-an. Penulis dan periset sejarah Fandy Hutari berpendapat, lagu "Genjer-genjer" diadaptasi dari lagu rakyat berjudul Tong Alak Getak. Saking populernya lagu "Genjer-genjer" di era itu, penyanyi Bing Slamet dan Lilis Suryani yang membawakan lagu itu pun ikut dirasa mewakili nasib dan derita rakyat Indonesia kala itu. Lirik lagu Genjer-genjer bila diterjemahkan, sebetulnya hendak bercerita tentang para ibu yang memanen sayur genjer di petak sawah, dibawa ke pasar untuk dijual, lalu sisanya dimasak. Sama sekali tak menyinggung sejak 1965 hingga kini, lagu "Genjer-genjer" bikin geger, dikaitkan dengan segala hal soal PKI dan komunisme, musuh abadi negeri ini. Tanaman yang rasanya seperti kangkung bila dimasak ini, jadi objek propaganda Orde Baru, dan kerap disebut menjadi musik latar saat para jenderal dibantai. tX6yC5z.
  • l7kxd6u00g.pages.dev/296
  • l7kxd6u00g.pages.dev/156
  • l7kxd6u00g.pages.dev/206
  • l7kxd6u00g.pages.dev/264
  • l7kxd6u00g.pages.dev/220
  • l7kxd6u00g.pages.dev/20
  • l7kxd6u00g.pages.dev/270
  • l7kxd6u00g.pages.dev/358
  • l7kxd6u00g.pages.dev/138
  • download lagu genjer genjer pki 1965